Hikayat Eyang Kertapati, Mantan Pencuri yang Baik Hati
Tiba-tiba suasana Desa Prigi pada pagi yang tenang berubah riuh. Pasalnya, lagi lagi warga kehilangan hewan ternak mereka. Selama ini mereka telah berusaha melakukan penjagaan di malam hari secara bergiliran. Akan tetapi, selalu saja pada pagi harinya, ternak mereka berhasil dicuri. Pencuri tersebut sangat lihai, bahkan ia tidak pernah meninggalkan jejak sekalipun.
“Sepertinya bukan manusia yang mencuri ternak kita,” kata Pak Wira.
“Ah, jangan bicara sembarangan Pak Wira. Mana mungkin ada hantu mencuri ternak,” sahut Pak Cato.
“Ya bisa saja Pak! Lah kalau manusia pasti meninggalkan jejak. Setidaknya setiap malam kita selalu menjaga kampung. Tapi tidak pernah kita bertemu dengan orang asing atau pun warga berkeliaran di malam hari,” Pak Wira menjawab.
“Sudah-sudah! Bapak-bapak, tidak ada gunanya kita berdebat seperti ini. Kita harus kembali mencari cara baru sepertinya. Apa yang bapak-bapak ada benarnya juga. Kedua-keduanya harus kita waspadai. Jika yang mencuri manusia, kita lawan dengan tenaga. Nah, mengenai kecurigaan Pak Wira, juga tidak dapat kita abaikan,” Pak Lurah menengahi. Warga saling tatap, kemudian mereka mengangguk.
“Apa ada yang punya usul?” lanjut Pak Lurah.
“Pak Lurah, bagaimana kalau kita pasang jimat saja di kandang-kandang warga. Siapa tahu, kalau hantu itu datang lagi kita beri penangkal akan bisa kita luluhkan. Sedangkan ronda kita tambah saja orangnya. Jika pencuri itu manusia, maka kita akan buat perangkapnya. Namun, jangan sampai rencana kita ketahuan orang yang benar-benar tidak kita percaya. Bagaimana?” ………bersambung